Salam aku kepada kalian wahai golongan pemikir (manusia)...
Bagaimana tabir akalnya (?) dia menangis, selesai kering dilucut lari
Orangnya bersongkok hitam,tapi otaknya bersokom hitam,dengan coret-moret pemikir yang sakit cinta. Berlumur jiwanya dengan geram, dengan ludah-ludah tokoh kapista
Mana nak sasar matanya, sebagai perdu timbang jati? Mana benar bebannya,nak diaruh ke gendang nadi?
***
Ramai sekali. Sangat ramai gembala,yang datangnya bingung. Berkelabu mukanya, ternakannya jadi laguh-lagah
Hamba hanya diam, menguis rerumput kering, tersadai menjilat taring
Yang harum bunga kecubung,yang mabuk menelan buah.
Saat itu hamba bertanya, "Kenapa?"
Bukan hamba sama bingung, sekadar ingin apa jawabnya?
Mustahil tuan tak kenal mana bunga mana buah, bermakna tuan tak tahu akibat, tak ambil kesah, tak tahu mana kiblat, segala arah habis diredah
Hamba pintal timbang akal dan gerak hati, berpiuh mereka lalu hamba kerjakan ternakan mereka semua - hatta seorang pun tidak peduli
Pangkal perut hamba terasa geli
Bagaimana tabir akalnya (?) dia menangis, selesai kering dilucut lari
Orangnya bersongkok hitam,tapi otaknya bersokom hitam,dengan coret-moret pemikir yang sakit cinta. Berlumur jiwanya dengan geram, dengan ludah-ludah tokoh kapista
Mana nak sasar matanya, sebagai perdu timbang jati? Mana benar bebannya,nak diaruh ke gendang nadi?
***
Ramai sekali. Sangat ramai gembala,yang datangnya bingung. Berkelabu mukanya, ternakannya jadi laguh-lagah
Hamba hanya diam, menguis rerumput kering, tersadai menjilat taring
Yang harum bunga kecubung,yang mabuk menelan buah.
Saat itu hamba bertanya, "Kenapa?"
Bukan hamba sama bingung, sekadar ingin apa jawabnya?
Mustahil tuan tak kenal mana bunga mana buah, bermakna tuan tak tahu akibat, tak ambil kesah, tak tahu mana kiblat, segala arah habis diredah
Hamba pintal timbang akal dan gerak hati, berpiuh mereka lalu hamba kerjakan ternakan mereka semua - hatta seorang pun tidak peduli
Pangkal perut hamba terasa geli
Ulasan